Mengenalmu, seperti bercermin tentang aku...
Kedekatan kita sekarang ini, bukan karena dibuat-buat, meski seringkali orang lain mengira kita janjian, entah dalam memilih sesuatu atau memutuskan sesuatu. Padahal itu lebih karena banyak kesamaan yang ada pada kita, terutama tentang nilai dan rasa.
Dulu, kita teman sebangku saat di kuliah tingkat satu. Aku masih ingat saat kamu menginap di kostku, bercerita ini itu. Sesekali mengantarmu naik bis Atmo. Memilih pekerjaan ini, aku juga tidak tahu kalau akan bertemu kamu seperti de javu. Mengulang hal-hal dulu. Apakah kamu tetap sama? Iya batinku.
Akreditasi beli blezer bareng, mungkin baru kupake dua kali :D |
Demi apa naik bis coba? Ahahah |
Kalau mendapat teman yang baik adalah rejeki. Menjadi sahabatmu adalah rejeki terbaikku. Aku bisa menceritakan hal yang baik-baik maupun yang aku rasa tabu jika bercerita dengan yang lain. Tiga tahun terakhir aku mengingat, apakah kita berdua pernah berselisih paham? Dan aku tersenyum, terharu, karena jika pun ada, itu bukan prinsipil. Itu hal minor yang tidak menggoyahkan hubungan kita. Aku dan kamu tidak pandai berpura-pura, karena rasa yang bertaut andil bicara.
Diuji Waktu
Persahabatan akan diuji waktu. Mulai level ceceremes sampai yang pelik. Seberapa tangguh, seberapa kokoh, apakah kita akan lulus sampai akhir? Aku tidak akan pernah jumawa menjadi sahabat baikmu. Karena aku bisa saja terpleset, latah dan keliru. Tapi, aku harap kamu berani menegurku, memberikan puk-puk agar aku bisa ingat dan kembali.
Sampai sejauh ini, aku tidak akan pernah meragukan pilihanmu. Termasuk memilih nggak pake whatsapp dan kita hanya sms atau telpon saja, wkwkwk. Ketika orang lain menganggapmu weird memilih itu, aku tidak sama sekali. Bukankah itu mengingatkan kita sepuluh tahun lalu? Saat pesan sms begitu berharga dan justru lebih merekatkan kita?
Ujian pekerjaan tidak kalah menantangnya. Bagaimana kamu bisa memahami posisiku dan bisa mengambil alih peranku saat aku tidak mampu. Tidak sungkan menawarkan "Apa yang bisa dibantu, say?". Di detik-detik persalinan keduaku, kamu bahkan menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk mengisi tangki oksitosinku agar gelombang cinta itu datang. Seakan tanla diaba-aba ketika pagi itu aku sedang badar melahirkan Ben. Kamu mengirimkan whatsapp dan pesan sms untuk menanyakan kabarku, memastikan aku baik-baik saja. Padahal aku tidak pernah sekalipun bercerita kalau aku sedang gulana mempersiapkan rasanya nyaman di tiap kontrasiku.
Di titik ini, aku sangat berterima kasih sekali. Karena aku memilikimu. Lagi-lagi kalau masih ada kuis who wants to be a millionaire, dan aku disuruh memilih opsi bantuan. Selain fifty-fifty, aku akan memilih phone a friend. Kamu yang aku tuju.
Kamu pernah bilang rusuh sekali tidak punya mbanking. Dan aku selalu lantang kalau kamu boleh tidak punya mbanking, tapi kamu msih punya aku yang punya beberapa, dan kamu bisa memakai aku sebagai tangan kananmu kapan saja sebagai mbankingmu. Kamu boleh rusuh dan berpeluh mengurus anak tiga. Berjibaku dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Jika kamu ingin *pause* sejenak dari hiruk pikuk itu dan ingin egois sebentar menjadi diri sendiri, kamu kapan saja bisa menelponku, menumpahkan rasa apa saja. Dan aku akan menyimak dan mendengarkan tanpa menjedamu.
Sering aku membatin sesuatu, dan kamu pandai mengutarakannya dengan bicara. Kamu seperti bisa membaca isi hatiku yang aku pendam dan abaikan. 2 momen manis yang mungkin sangat berkesan dan aku selalu mengingatnya. Satu, saat kita berdua ke Arjes muter-muter sambil tertawa gila karena nyasar pakai gmaps, padahal harusnya kamu bisa saja kesal karena aku sudah percaya diri tau jalannya. Dua, ketika kita berdua awalnya tidak ingin mengikuti parade busana, tapi di detik terakhir kita memutuskan menyewa baju. Kita tidak janjian pakai baju apa dan menyewa pun di tempat berbeda. Dan voilaaa, kita memilih baju dayak yang sederhana. Beberapa langsung nanya "Kalian berdua janjian?" *manis banget*.
Pas acara ini kenapa kita ga foto yang proper ya? Wkwkwk |
Dear Yuni,
Masih banyak yang ingin kutuliskan dan ceritakan sebagai nostalgia, tapi mungkin tidak akan pernah cukup. Jalan kita masih panjang dan mungkin akan diuji waktu. Please, hold my hand.
Hari ini, aku ingin berterimakasih, karena kamu dilahirkan dan dipertemukan dengan aku. Tetaplah menjadi baik, Dear! (Ngetik ini aku mewek *cemen bener emang*). Baik dalam tutur dan lakumu. Kalaupun berubah, semoga tetap dalam kebaikan.
Ya Allah, sayangi dan cintai ia. Sahabat baik yang sering mengingatkanku untuk selalu berjalan di jalan-Mu.
Semoga Allah memberikan penjagaan terbaik buat Yuni. Peluk!
Love-Ayaaa.
Terharu kalo baca persahabatan yg kuat banget begini :). Mempunyai sahabat yg bisa bwner2 mengerti kita itu bener2 anugrah memang mba. Semoga persahabatan kalian selalu abadi dan semakin kuat yaaa :).
BalasHapus