Pernah nggak merasa kalau waktu begitu cepat sekali? Rasanya baru kemarin digendong, dibedong dan dimandiin di bak bayi, eh sekarang sudah mau kelas 6 SD dan pandai mengungkapkan cita-citanya. Ihsan Lintang Pramudya adalah salah satu keponakan yang hari ini genap berusia sebelas. Ia adalah produk gempa Jogja tahun 2006, hihi. Yaaa, dia lahir saat keluarga kami membangun rumah sedikit demi sedikit karena waktu itu rumah kami luluh lantak dan sudah tidak layak huni.
Waktu melahirkan, Mas Jundi (Kakak lelaki kedua sekaligus Bapaknya Lintang, menanyakan mau usul nama siapa untuk bujang keduanya. Saya bilang "Ihsan". Entah kenapa bujang saya satu itu selalu sewot kalau ditanya lahir dimana, ahaha. Karena dia merasa tidak keren telah lahir di bidan sedangkan Mas dan Adiknya ke Rumah Sakit. Padahal apa bedanya ya? Yang penting bagi seorang ibu adalah melahirkan dengan selamat putra-putrinya. Tapi pemikiran anak-anak sederhana itu, makanya kami selalu tertawa jenaka saat anak-anak membahas proses lahir dan tempat lahir dimana.
Tentang Cita-Cita
Saat Ihsan masih berusia 3 tahun dan Iqbal 6 tahun, saya pernah main guru-guruan. Saya guru dan mereka muridnya. Saya masih ingat jelas bahwa saat itu saya menanyakan "Anak-anak, coba ceritakan kalian mau jadi apa?". Waktu itu ada teman-teman mereka juga yang ikut berperan jadi murid, karena sebaya mereka banyak sekali dan biasanya main di rumah kami. Dari beberapa mereka menjawab riuh semangat. Dokter, polisi, tentara, guru dan profesi ngetrend lainnya sebagaimana saya dulu waktu kecil yang bangga menjawab "DOKTER" sebagai cita-cita saya, ahaha.
Dan yang menarik perhatian saya adalah jawaban Lintang. Dia mau menjadi petani. Lain dari jawaban anak-anak lainnya. Saat usianya 9 tahun, keinginannya berubah menjadi pebulutangkis seperti Lee Chong Wei. Saya mengamati kalau Lintang adalah imitasi Bapaknya. Saat ingin menjadi petani, mungkin karena senang diajak Bapaknya narik gerobak mengambil padi di saat panen. Nah, saat dia ingin menjadi atlet badminton, mungkin dilatarbelakangi karena pengin seperti Bapaknya yang jago olahraga tersebut. Makanya, Lintang semangat sekali kalau Bapaknya turnamen.
Hampir 1,5 tahun Lintang masuk klub badminton dan ikut beberapa turnamen. Beberapa kali menang bahkan podium yang membuatnya makin semangat untuk latihan mengejar passionnya. Sekarang latihannya makin ketat. Latihan sore tiap senin-sabtu dan latihan pagi 2 kali seminggu. Kadang Minggu juga masuk buat latihan fisik. Dan itu keinginannya sendiri. Awalnya saya berpikir kalau dia akan bosan menjalani rutinitasnya itu yang notabene menguras tenaganya. Tapi ternyata saya keliru. Dia makin menjadi semangatnya hingga kini. Padahal itu menyita waktu bermainnya.
Mas Jundi membebaskan Lintang untuk mengembangkan bakat dan hobbynya asalkan dia tetap semangat sekolah. Sesekali dia merasa badannya sangaaaaat capek dan keesoannya tidak berangkat sekolah. Untuk hal itu, siangnya pasti disemprit sama Bapaknya. Menanyakan lagi komitmennya buat sekolah. Karena perjanjian si awal, badminton tidak mengganggu jadwal sekolahnya. Dari pihak sekolah mendukung penuh karena di beberapa lomba, Lintang diandalkan mewakili sekolahnya dan menang, apalagi di bidang olahraga.
Doa untuk Lintang
Kemarin, saya mengantarnya latihan sekalian potong rambut. Dia memilih sendiri barber shopnya. Saya memang tidak serumah lagi, tapi sekalinya ketemu, Lintang masih closer kalau diajak ngobrol, dipeluk-peluk kayak dulu, bahkan kalau digodain dengan hal-hal yang membuat pipinya bersemu merah. Bagi kami, setiap anak selalu spesial, termasuk Lintang yang sudah beranjak dewasa (karena udah disunat,ahhaha).
Hari ini pengen ke rumah, sekalian pulangnya bisa mengantar latihan atau mungkin dipalak ke timezone sebagai hadiah ulang tahunnya. Tapi hujan daritadi nggak mau berhenti, hihi.
Doa Bulik yang terbaik untuk Mas Lintang. Semoga menjadi anak sholeh yang menjadi jariyah untuk Bapak Ibu. Cerdas akalnya, baik budinya dan makin dicintai Allah ya, Nak. Ah iya, makin jago di gelanggang karena tahun ini udah naik level. Lots of love dari Bulik dan Om :*
Lintang mau jadi petani yang bisa memasok makanan bergizi bagi rakyat Indonesia :)
BalasHapusJadi atlet bulu tangkis yang mengharumkan nama Indonesia pula. Semoga semua cita-cita Lintang yang mulia terkabul ya. Amin.
Zaman sekarang mungkin jadi petani nggak keren, tapi coba kalau nggak ada petani, kita semua makan apa? :D
aamiin semoga Lintang sehat selalu btw aku jadi kepikiran mungkin nanti anakku juga mau tekunin 1 bidang olahraga kayak badminton ini mba hehehe..
BalasHapus