Rasanya baru kemarin mengantarkan Bapak dan Ibu, tapi pagi ini hati kami terasa mengembun karena tidak sabar menjemput mereka berdua. Kakak lelaki saya yang di Jakarta menyempatkan cuti dan bersemangat menjemput juga. Anak-anak pun juga sudah sering menanyakan "Simbah jadi pulang besok kan Bulik?".
Selama di Makkah dan Madinah, sesekali bapak dan ibu menelepon kami. Entah Mas Joko, Mas Jundi, Mas Agus atau pun saya. Kami membawakan handphone tetapi sampai sana tidak bisa digunakan. Allah Maha Baik, roomate Bapak selalu meminjamkan hp-nya dan membantu meneleponkan kami. Saking terharunya, setiap bapak dan ibu telepon pasti menangis, heuehu. Saya hampir saja terpancing ikut menangis, tetapi ditahan biar mereka tenang menjalankan ibadahnya.
Oh iya, kembali ke topik penjemputan jamaah yang pulang haji, ada beberapa poin yang ingin saya ceritakan. Karena poin-poin ini membuat kami kelabakan bahkan saat hari H penjemputan. Kebetulan, om dan bulik juga sedang berhaji dan ada 1 kloter dengan bapak ibu, sehingga pas menjemput mereka, kami kencan dengan keluarga om dan bulik biar bisa bareng masuknya.
1. Perhatikan Jadwal Penjemputan
Ini poin penting banget! Soalnya kemarin kami sempat salah komunukasi sehingga Mas Joko yang dari Depok pulang lebih awal karena mengira keesokan harinya Bapak Ibu sudah pulang. Sebelumnya sudah nanya juga sih sama Bapak Ibu, dan beliau mantap bilang kalau pulangnya tanggal 1 Oktober jam 07.00. Tapi mendadak dapat informasi kalau kloter Bapak Ibu jadwal kepulangannya tanggal 2 Oktober jam 04.10.
Jadi, sebelum menjemput, pastikan dulu jadwal penjemputannya kapan. Tanggal dan jamnya sangat urgen. Soalnya kemarin kloter 81 (sebelum kloter bapak ibu) datang jam 02.45 ternyata salah satu jamaah belum ada yang menjemput. Karena sudah sepuh, mereka berdua diantar oleh mobil patroli polisi. Nah, jam 05.00 sehabis subuh, ada perempuan paruh baya yang mencari kedua orangtuanya. Dia menyebut nama dan kloter kepada petugas dan ternyata bapak ibu yang diantar tadi. Mis komunikasi jadwal bisa bikin riweh cyin.
2. Bawa Kartu Masuk
Saat pemberangkatan, setiap jamaah haji diberi kartu untuk masuk mengantar. Biasanya dapat 2 kartu sehingga yang memegang kartu tersebut bisa mengantar jamaah sampai masuk GOR. Saat pemberangkatan, hanya Mas Joko dan Mas Jundi yang berhasil masuk mengantar Bapak Ibu. Selebihnya menunggu di luar gerbang.
Nah, simpan kartu itu baik-baik. Jangan sampai hilang, rusak atau ketinggalan saat penjemputan. Kemarin petugasnya galak banget pas ada salah satu keluarga yang ngotot pengen masuk tapi gak bisa menunjukkan kartu tersebut.
3. Bawa Makanan
Ini krusial banget apalagi kalau jadwal penjemputannya pagi-pagi buta. Kemarin saya gak memperhitungkan faktor lapar, jadi ga bawa makanan apa-apa. Jam 03.00 pagi berangkat, sampai GOR Gelarsena masih agak lengang. Ternyata kloter Bapak Ibu mengalami delay.
Oh iya, kami bawa 2 mobil, anak-anak pun antusias ikut karena kangen sama simbahnya. Karena waktu itu belum dijaga ketat sama penjaga, kami tidak memerlukan kartu pass untuk masuk. Karena kami bisa masuk semua. Hehe.
Jam 04.00 lapar bukan main, tapi masih pada tutup. Yang jualan hanya tukang sosis, jagung kukus sama teh hangat dan itu antrinya masha Allah. Karena peminatnya banyak, harga jagung yang biasanya cuma 5 ribu jadi 10 ribu. Yah, kayak harga lebaran aja. Harga segitu aja semua rela antri.
Jadi jangan lupa bawa makanan ya dari rumah. Kalau perlu persipkan sejak sore *niat banget*.
4. Mukena
Ini barang wajib yang harus ada di tas. Soalnya di lokasi banyak orang, sehingga banyak banget yang mau salat dan mereka juga gak bawa. Kemarin sebenarnya bawa, cuma ketinggalan di mobil. Huhuhu
5. Jangan keluar masuk sembarangan
Karena semakin siang, penjagaan di lokasi ketat sekali. Ada rombongan keluarga yang semula sudah bisa asuk semua di lokasi, entah bagaimana mereka keluar. Dan endingnya mereka susah masuk karena dilarang petugas. Yang diperbolehkan masuk hanya 2 orang saja, yaitu yang memegang kartu masuk.
6. Cari tas dan jamaah
Kalau bis sudah datang, yang pertama kali dicari adalah tasnya dulu sesuai arahan petugas. Biasanya jamaah dilarang keluar bis sebelum semua tas keluar dari bagasi bis. Saking banyaknya tas, saya dan Mas Jundi membaca identitas satu persatu. Identitas tersebut ditempel di depan tas beserta foto jamaah. Cukup lama kami mencari tas bapak dan ibu tetapi akhirnya ketemu. Setelah itu, kami sekeluarga berkumpul di satu titik dekat bis untuk menyambut mereka berdua. Sekadar catatan yang membawa balita, karena suasananya riuh, jangan sampai terlepas begitu saja.
7. Hp full charge
Kalau lowbat gak bisa foto-foto, ahaha. Bukan itu sih. Hp berfungsi untuk koordinasi. Baik koordinasi dengan keluarga yang ikut menjemput atau dengan jamaah. Kemarin kami membawa 2 mobil yang parkirnya agak terpisah. Masuk ke lokasinya pun juga terpisah. Mas Joko yang HP nya lowbat agak menyesali karena harus benar-benar menghemat batreinya. Apalagi kemarin ada keterlambatan, sehingga tanpa HP bisa mati gaya, ahaha. Maklumlah, selain koordinasi, bagi para lelaki saya di rjmah juga bisa menjadi pelepas jenuh dengan main games.
8. Janjian di lokasi yang mudah
"Nanti ketemuan di seberang lalu lintas ya", ungkap Mas Jundi. Lha lalu lintas yang mana, kan ada dua. Sebaiknya kalau janjian meeting point, di lokasi yang mudah dan jelas. Sehingga tidak saling menunggu. Apalagi kalau membawa orang sepuh dan balita kan kasihan.
9. Parkir dekat lokasi
Nah, parkiran bakal penuh. Makanya cara mengakali ya dengan berangkat pagi. Keluarga kami termasuk yang on time. Di jadwal, jamaah datang jam 04.00 dan kami sekeluarga sudah ready berangkat jam 03.00. Anak-anak pun kooperatif untuk bangun karena sebelumnya sudah dikasih tahu ibunya. Kami mengantri dulu karena bergantian dengan para penjemput jamaah kloter sebelumnya. Sehingga pas mereka keluar, kami bisa mengisi parkir mereka. Tapi kok ya delay. Haha. Kami menunggu 4 jam. Alhamdulillah Bapak dan Ibu tidak perlu "thowaf" lagi, karena mobil kami parkir pas di seberang pintu gerbang keluar.
Nah, teman-teman punya pengalaman menjemput jamaah haji? Gimana kesan pesannya? Ah iya, semoga kita juga diberi kesempatan untuk berhaji ke Baitullah ya. Aamiin allahumma aamiin.
lengkap banget tipsnya mba Aya tapi aku belum pernah jemput jamaah haji hehhee aamiin mudah2an kita masuk tamu Alloh kesana y mba :)
BalasHapus