Kalau ditanya pengalaman kecil yang mengesankan, memori saya penuh dengan hal yang berkesan. Mulai dari mainan gobak sodor, nyari jangkrik dan belut di sawah, mandi du sungai dengan arus yang guedee. Pokoknya senang bisa berada di era 90-an, dimana uang gopek masih berharga sekali buat beli permen yosan sama "anak mas", ahahaha.
Tetapi, kalau ditanya hal yang paling tidak terlupakan? Hmmm, jangan tanya, saya pasti langsung inget banget nget nget peristiwa di Banyubiru (bener gak ya daerahnya?). Waktu itu saya berusia 6 tahun. Diajak Bapak Ibu menghadiri pelantikan Mas Agus yang lulus dari pendidikan kepolisian. Gak kebayang bangganya Bapak Ibu waktu itu.
Karena saya ini gumunan dan gampang banget girang melihat hal-hal yang menurut orang lain sepele, seperti melihat kembang api, kereta yang panjang (kalau 1 gerbong kan gak etis, kasihan masinisnya, ahaha), dan lihat drum band. Waktu itu proses kelulusan polisi ternyata ramai sekali. Banyak polisi-polisi gagah dengan atribut lengkap dengan pistol. Gerakan mereka juga bisa kompak banget. Dan waktu itu saya cuma bisa melongo terkagum-kagum. Baris-berbarisnya rapi dengan sepatu seragam, dikomando sekali juga pada patuh semua. Lha pikiran anak 6 tahun kan sederhana, apalagi di kampung gak ada yang model begituan.
Setelah melalui beberapa acara dari pagi sampai siang, pas Mas Agus sudah ganti kostum, saya digandeng Mas Joko yang waktu itu dia masih SMP (imut-imut). Kok ya ada suara drum band dengan iringan mayoret yang ramai sekali di jalan raya membuat saya lupa diri untuk tidak tergoda melihat. Entah bagaimana ceritanya, tangan saya terlepas dari genggaman Mas Joko. Saya merangsek di tengah kerumunan orang yang juga antusias melihat karnaval tersebut. Karnaval itu merupakan rangkaian penutup sepertinya, karena sangat meriah seperti karnaval agustusan.
Agak lama saya melihat parade demi parade hingga saya tidak sadar kalau yang di samping saya bukan lagi Mas Joko, tetapi rombongan keluarga lain. Saat karnaval selesai, saya mulai panik mencari Mas Joko di tempat semula, dan tidak ada. Tangis saya pecah. Saya mulai ketakutan kalau saya ditinggal pulang. Eh, anak usia 6 tahun itu berpikirnya simple lho. Dalam kondisi seperti itu, pikirannya takut ditinggal, padahal kalau sudah dewasa sedikit saja, hal itu gak mungkin terjadi. Masa iya, mau ninggal anak cewek satu-satunya di rumah, bisa dibabat sama Ibu nanti, ahaha.
Saya mencari rombongan Bapak, Ibu, Mas Joko dan keluarga lainnya. "Pleeeease, temuin aku dong Mas....." sambil menangis. Ternyata arah saya mencari mereka berlawanan. Di perempatan jalan, saya ditemukan seorang polisi baik hati (karena sudah ngembaliin saya kepada keluarga *salim).
"Adik mau kemana" tanyanya.
"Nyari Mas Joko" jawab saya sambil nangis mbengungung.
"Lho, tadi dimana emangnya?" Polisi itu kelihatan melihat kanan kiri dan memandang saya penuh iba.
"Yaudah ayo nyari yuk, tapi saya pulang sebentar ya" Saya digendong polisi tersebut dibawa pulang. Saya pasrah aja gak kepikiran untuk diculik atau apa. Karena saya dijanjiin ketemu Mas Joko, Bapak dan Ibu. Itu saja. Di rumah tersebut ada istri sang polisi. Istrinya juga baik karena sejak bertemu istrinya, saya tidak menangis lagi. Setelah (om) polisi yang baik hati selesai ganti baju, saya digendong dan dibawa ke area yang semula kami bertemu. Dia merunut jalan yang saya berikan clue karena saya tidak ingat jalan-jalan yang sebelumnya saya lalui. Jalannya hampir mirip semua, huhu. Dengan cilue-clue yang saya berikan "Taman yang ada arca polisi besar". Polisi sudah tanggap tempat tersebut, karena memang arca yang besar cuma ada satu. Tadi sempat berfoto disana dan menunggu di sekitas sana.
Beberapa meter dari daerah arca tersebut, saya melihat sosok lelaki yang tidak asing. Iya Mas Joko, yang di sampingnya ada Bapak Ibu, Mas Agus dan keluarga yang lain. Mereka dimarahi sama (om) polisi karena menelantarkan anak kecil sampai hampir hilang di tengah keramaian. Padahal kalau dipikir-pikir, saya yang salah karena antusias dengan karnaval dan lupa diri.
Tiap ngumpul sama keluarga dan dibuka topik tentang saya yang hampir hilang di Banyubiru, pasti semua terpingkal-pingkal. Satu per satu semangat menceritakan berdasarkan versinya sendiri-sendiri. Itu peristiwa masa kecil dan yang tak akan pernah saya lupakan. Mungkin Bapak Ibu, Mas Joko gak akan lupa.
Ceritanya berkesan sekaligus membuat tertawa juga mbak hehehehe
BalasHapusPasti pengalaman ini nggak akan lupa. Syukurlah akhirnya ketemu hehe
BalasHapussaya juga sering kehilangan dalam keramaian kalau menemukan sesuatu yang unik, jadi asik sendiri dan lupa klo jalannya bareng yang lain
BalasHapus