Assalamu’alaykum,
Bercerita tentang masa
SMA berarti harus siap-siap untuk bernostalgila. Banyak sekali nukilan cerita
yang sangat berkesan di setiap episodenya. Pada waktu itu penyebutannya adalah
kelas X, XI dan XII (mungkin sampai sekarang masih). Di kelas X inilah saya
menemukan banyak hal yang sampai saat ini menjadi pelajaran saya. Pas awal
masuk sudah galau mau berjilbab atau enggak, mengisi formulirnya jadi baper
berhari-hari. Setan lebih kuat akhirnya saya memilih seragam pendek artinya
belum berjilbab, tetapi seragam olahraganya memilih panjang semua. Dari kelas
X-lah saya yakin apa itu hidayah. Saya juga bersyukur teman sebangku saya jilbaber, sering ikut kajian Islam dan
hal itu berdampak pada seringnya obrolan-obrolan Islam diantara kami berdua.
Namanya Siti Nurjanah (sholihah). Sampai saat ini pun kami masih akrab. Apalagi
kalau sedang membahas tentang rencana pernikahan, pasti paling semangat saling
mendoakan :D.
Semester pertama di
kelas X, hati saya mulai bergemuruh. Lagi-lagi tentang berjilbab. Gak ada
paksaan sih, hanya saja ada yang kurang entah itu apa. Nah, karena Allah sangat
baik, niat saya yang setengah-setengah itu digeber
dengan paksa. Ceritanya waktu itu ada jam kosong, pelajaran BK (Bimbingan
Konseling). Suasana kelas riuh sekali, siswa lelaki berlarian kesana-kemari.
Yuditama membawa tongkat besar ke dalam kelas, entah bagaimana tongkat itu
menyenggol ternit yang berada pas di atas saya. Kemungkinan besar ternit itu
rapuh (serapuh hati saya waktu itu, ahaha) sehingga jatuh pas mengenai kepala
saya. Semua kaget tak terkecuali saya. Saya dipapah keluar kelas. Posisinya
masih sadar. Waktu duduk dipapah Siti dan teman-teman yang lain, tiba-tiba mata
saya berkunang-kunang, pusing, trus pingsan.
Saya sadar pas masuk
Rumah Sakit Ruang Tegalyoso H (apal banget kan :D). Di ruangan sudah ada Bapak,
Ibu juga. Kepala saya masih pusing. Kalo gak salah, saya diopname sampai 5
hari. Ada beberapa tes yang saya lalui sampai dokter menyatakan bahwa tidak ada
hal yang serius di kepala saya. Teman-teman menjenguk. Yuditama minta maaf
karena tanpa sengaja menjatuhkan ternit itu di kepala saya. Tetapi sebenarnya
saya yang harus berterima kasih, karena rangkaian kejadian itu membuat saya
mantap untuk berjilbab sampai sekarang.
Kok mantap berjilbab
gegara ketiban ternit? Itu hanya prosesnya saja. Selama 5 hari saya dirawat di
Rumah Sakit, hati saya tidak karuan gelisahnya. Topiknya masih berjilbab.
Memang benar ya kalau Allah memberikan cobaan di titik paling lemah hambaNya. Dan
kadang kita tahu teorinya, tapi masih tetap mencari alas an untuk ini-itu yang
menjadi pembenaran terhadap apa yang membuat kita nyaman. Berjilbab itu
perintah, titik. Tidak ada koma setelahnya. Perintah yang wajib dilaksanakan
seperti halnya shalat. Saya sesenggukan sendiri pada malam itu saat membaca
perintah berjilbab. Saya merasa bahwa memang harus memakai jilbab sebagai rasa
cinta kepada Dzat yang memberikan hidup. Iya, mulai saat itu saya melakukan hijrah untuk mengenakan jilbab hingga sekarang, dan insya Allah hingga nanti. Karena saya cinta, karena saya taat dan patuh kepada Sang Maha Cinta.
Keesokan paginya saya
mengutarakan niat saya untuk berjilbab kepada Ibu. Sebelumnya saya juga pernah
mengutarakan niat yang sama saat duduk di bangku SMP tetapi tidak jadi-jadi
karena alasan saya segunung. Namun kali ini niat itu berbeda. Begitu kuat tanpa
ada rasa takut apapun, rasa kehilangan apapun. Ibu yang mengurusi keperluan
seragam dan lainnya. Baru semester satu ganti seragam lagi, serba panjang dan
Ibu tidak protes akan hal itu.
Saat masuk ke sekolah
pertama kali memakai jilbab, teman-teman banyak yang merespon positif. Teman
sebangku malah memeluk karena ikut bahagia. Iya, saya berhijrah, berproses
menuju yang lebih baik. Sejak saya memakai jilbab, rasa resah dan gelisah yang
sebelumnya saya alami hilang berganti tenang. Saya lebih percaya diri. Ikut
ekstra kurikuler Rohis. Dan membekas sekali saat istirahat, kami pergi ke mushola
untuk dhuha. Mulai saat tu seperti menjadi rutinitas yang menyenangkan.
Kelas XI adalah masa
penjurusan, saya masuk XI IPA 2. Teman sebangku saya berganti-ganti, pernah
sebangku sama Esti Tri Utami yang sekarang di Korea, pernah juga duduk sama
Dian Novianastasya Prabawati yang tahun lalu baru saja melangsungkan
pernikahan. Saya mencoba menghafal nama lengkapnya dan ternyata masih ingat :D.
Beberapa teman lainnya juga berpencar ke kelas IPA lainnya dan di kelas IPS,
namun tetap berkomunikasi.
Reuni XI IPA 2 |
Naik kelas XII juga
diacak lagi, saya dapat kelas XII IPA 2. Teman sebangku saya bernama Isnaini
Lis Prasetyani. Doski jago banget Matematika dan inget banget kalau PR
Matematika, dia dengan senang hati mengajari. Trus pelajaran apa yang paling
disukai? Bahasa Indonesia dong. Sampai guru-gurunya hafal lahir batin. Ada Ibu
Sri Sujiarti, Ibu Sri Wiji dan Ibu Maria (Setiap naik kelas, gurunya ganti dan
berbeda).
Beberapa tahun yang lalu ada reuni beberapa kelas. Niatnya
mau reuni di Warung Ilham sekalian buka puasa. Tetapi apa daya semua full booked. Akhirnya kami reuni di
emperan warung makan. Dari yang dating reuni, saya ingat wajah-wajah mereka.
Meskipun tidak pernah sekelas, tetapi wajahnya familiar. Yah, setidaknya
familiar wajahnya dulu meskipun namanya lupa :D.
Reuni tahun 2011 antar beberapa kelas |
Itulah serba-serbi nostalgia romansa SMA saya, saat saya masih mengenakan putih abu-abu. Sangat
menyenangkan!
Ps : Saya tidak punya dokumentasi tentang kebersamaan di SMA.
Dulu pernah punya, karena gempa Jogja beberapa tahun lalu, semua buku-foto dan beberapa
hal yang lain tidak dapat terselamatkan. Tetapi, kenangan itu ada di dalam hati
yang tak bisa dihapus dan diganti *tsaaah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway yang bertema "Nostalgia Putih Abu-Abu" yang diadakan oleh Mbak Arina Mabruroh.
seruuu ya masa2 sma itu, hmmm, jadi inget masa2 sms yg entah sudah berapa belas tahun itu, hehehe
BalasHapustapi kamu masih kayak SMA lho Mbak, serius :*
HapusSama dooong pake jilbab pas sma.alhamdulillah.
BalasHapusEh tapi nemu kata2 ini
Apalagi kalau sedang membahas tentang rencana pernikahan, pasti paling semangat saling mendoakan :D.
Xixixi
Kita juga saling mendoakan ya Mbak :))
HapusWow,,,
BalasHapusBoniiiiii, apa kabar temen SMA :D
Hapusjangan sampai kita kena teguran dulu baru melaksanakan perintahnya ya, saya juga mulai berhijab waktu masuk SMA kelas 1, waktu masih 1,2 3 penyebutannya. dapet hidayahnya karena berkumpul dgn teman2 rohis, ternyata lebih nyaman berhijab daripada pake yg pendek2
BalasHapusIya Mbak, pake jilbab lebih comfort pake bangettt
HapusIiiih,,hmmmm,,paling demen ak baca hsil coret² ny mb ay.....masih blm bsa move on sama diksi ny,,,hmmm
BalasHapusLiaaaaa, paling bisa bikin besar kepala :D
HapusKenangan yang luar biasa. ^^ Pingin juga punya kenangan kaya' gitu. ^^
BalasHapusKamu pasti jg punya kenangan yg gak kalaha menyenangkan Mbak Nis
HapusMasa SMA itu emang paling indah ya. Aku waktu sekolah pakai seragam panjang berjilbab tapi kalau dirumah belum pakai, hehe. Semoga secepetnya bisa membenahi diri kayak mba Aya.. :)
BalasHapushihi, amin Mbak Endang :)
Hapusakuuh juga kelasnya I IPA 2 juga dulu hihihii
BalasHapusmasa sma, masa masa labil karena masih ambisius kalo aku mah
Barakallah, Mba.. semoga istiqomah ;)
BalasHapusmakasih banyak sdh ikut GA saya. goodluck!