Source |
Ada
yang lain dari diri Rana. Bukan di alis, bibir atau matanya. Melainkan di
jemari tangannya. Kuku-kukunya di cat berwarna hijau tua. Cantik sebenarnya.
Tapi untuknya yang memakai hijab, memakai cat kuku yang model seperti itu akan menimbulkan
banyak pertanyaan bagi beberapa orang. Ada yang disampaikan dan kebanyakan
hanya memendamnya dan berprasangka sendiri.
Kukunya
memang mengkilat. Nampaknya setelah diberi kutex, ia juga melapisi dengan
cairan berwarna putih agar nampak lebih bagus hasilnya. Tarraaa, memang
hasilnya indah sekali. Yang menjadi titik tulisan bukan keanggunan warna cat
kuku itu. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
“Kamu
tumben pake kutex, Ran?”, Tobi teman sekantornya memulai dengan pertanyaan
pertama.
“Karena
pengen. Suka aja ngeliatnya. Ini juga Cuma minta, gak beli”, Rana menjawabnya
taktis.
Point
pertama, kadang kita
melakukan sesuatu hanya karena ingin dilihat orang, bagaimana ekspektasi
mereka. Bagi Rana tidak, dia lebih melakukan sesuatu karena keinginannya, karena
dia suka. Itu yang menjadi dasar utamanya. Kalau orang lain tidak suka? Yaa,
itu urusan mereka. Jawab Rana simple.
Pernah
saat dia membeli tas gendong, banyak komentar-komentar yang menyarankan kalau
Rana tidak cocok memakainya. Dan mereka menyuruh Rana tampil lebih modis
menggunakan tas selempang. Rana berdalih tas selempang sakit di bahunya karena
barang bawaannya banyak sekali. Buku, mukena, mushaf cs. Rana tidak
menghiraukannya, karena ia memakai tas itu karena rasa nyamannya, bukan karena
ingin dilihat orang lain.
“Kamu
jangan pake jilbab bergo gitu ah Ran, kata suamiku kalo cewek make jilbab bergo
kayak pembantu”, kelakar senior Rana yang selalu memerhatikan kesesuaian baju,
tas dan sepatunya.
“Karena
simple aja, gak ribet. Kalo mau ke
kantor langsung make. Dan semoga saja suamiku kelak suka dengan apa yang aku
pakai”, jawab Rana lugas dan disambut tawa seniornya itu.
Kita
memakai sesuatu karena kebutuhan, rasa nyaman dan seberapa besar kita percaya
diri saat memakainya. Selera setiap orang berbeda-beda, jadi tidak semua orang
akan menyukai apa yang kamu pakai.
Back to the topic ya, tentang cat kuku. Ada pertanyaan lagi yang
muncul.
“Lho
Ran, kamu make cat kuku kayak gitu sih. Kan gak syah kalo buat wudhu”, ini
pertanyaan kedua dari Sinar. Ada beberapa hal yang terselip dalam pertanyaan
ini. Prasangkanya wudhu dan shalatnya tidak syah karena memakai cat kuku hijau
itu.
“Emang
iya Nar, aku lagi cuti. Nanti kalo udah sholat, aku bakal hapus kok”, Jawaban
Rana ini membuat Sinar hanya ber “ohh” kecil.
Point
kedua, apa
yang kita lakukan, selain menimbulkan pertanyaan, selipan prasangka juga
setidaknya akan ikut. Kadang-kadang Rana sebal dengan prasangka orang lain,
yang mendadak menghakimi tanpa konfirmasi. Tetapi orang lain juga tidak
sepenuhnya salah, karena mereka berkomentar terhadap apa yang dilihat, entah
prasangkanya bennar/salah.
Cat
kuku itu berkaitan erat dengan jilbab yang dipakainya. Akan aman jika cat kuku
yang Rana pakai tembus dengan air. Tetapi begitulah, Rana tidak bisa
menyalahkan prasangka orang lain. Ia hanya bisa meluruskannya. Ia juga tidak
perlu menjawab atau memberikan penjelasan terhadap prasangka yang ada dalam
batin orang-orang yang tidak tersampaikan. Karena Rana tau betul bahwa yang
dilakukannya tidak salah. Tetapi, membuat orang lain berprasangka buruk, apakah
itu hal yang dapat dibenarkan? Entahlah.
Berprasangka
baik. Allah akan ada di dalamnya. Cheers!
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)