Tolong jangan mendendam saat
orang lain mengkritik—entah dengan santun atau kasar. Biarkan saja hatimu
bening seperti itu. Dengarkan dengan penuh penghargaan, sepahit apapun itu. Bukankah
brutowali juga pahit, tetapi
menyehatkan di badan kan? Kamu hanya cukup melapangkan sedikit saja dadamu yang
berkobar karena amarah. Atau justru kobaran amarah itu menunjukkan bahwa
kritikan itu benar adanya?
Duh, jangan-jangan kita juga
menjadi pengkritik yang demikian? Tidak membawakannya dengan santun sehingga
menghilangkan esensi dari kritikan itu? Ya Rabbi, bagaimana hati kami
berbolak-balik, Engkaulah yang menetapkannya.
Saat amarah itu seperti kobaran
api yang siap menelan siapapun, jadikanlah kami sebagai air yang menyegarkan
bukan seperti bensin yang menambah sulutan. Duhai Dzat yang tiada duanya, pada
hakikatnya kami tidak memiliki, maka jangan biarkan kekecawaan itu bertahta
saat kami gagal dalam meraih impian
yang kami inginkan.
Kami lupa, bahwa surga juga
dianjikan untuk insan yang menahan amarahnya. Duh duh duh, menangkupan hati,
iya lagi-lagi hati. Tentu saja, menahan amarah sampai menangis pun bisa
dihadiahkan surga kan? *curhat.
Peluklah sabar. Karena eh karena
itu sahabat yang paling menenangkan. Dan Allah pun menyebutnya berkali-kali
dalam FirmanNya. Yuk, tahan amarah, jangan mendendam!
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)