Koleksi pribadi, sorry to say : "I'm forget the resource" |
Awalnya aku tidak mengerti artinya. Aku menghela nafas
sejenak, membenahi posisi dudukku. Mami masih melanjutkan pembicaraannya.
Topik obrolan makan siang hari ini memang sedikit berbeda
dari biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang menurutku penting buatku membuat
beberapa kali tanganku berhenti memegang sendok makan karena antusias
mendengarkan.
“Pernah merasa menyesal menikah dengan pasangan gak, Mi?”,
Mas Bayu membuka percakapan.
#aku menyimak
“Pernah lah, Cuma dalam hati. Mami nanya soda-sodara yang
lain juga pernah merasakan demikian”
#menyimak sambil menyendok soto ceker nan lezat
“Istri saya malah parah banget Mi, dia bilang kalo boleh
tukar tambah, udah dari dulu gw tukar tambahain”, Mas Bayu menggebu.
#menyimak masih sambil menyendok soto itu tadi tuh
“Wajarlah Mas Bay, kalo cek-cok begituan, diem-dieman,
pisah ranjang tapi masih serumah. Cuma bagi Mami, selalu ada mu’jizat Allah
untuk memaafkan”, jawab Mami.
#keningku mengeryit
“Karena cinta, maksudnya Mi?”, aku mulai tertarik dengan
bahasan ini. PERNIKAHAN.
“Apaan itu cinta-cintaan Ya’, kalo udah nikah, kata cinta
bisa melebur bahkan menguap. Gw malah gak kenal apa itu cinta”, Mas Bayu
menanggapi.
“Berarti dulu menikah tanpa sense CINTA?”, aku melanjutkan pertanyaan.
“Ada banyak faktor untuk melangkah kesana (pernikahan-red), cinta salah satunya dan bukan
satu-satunya Ya’”, jawaban Mami memberikan oase.
#aku bergumam sendiri
“Dan kamu tau Ya’, kalo ujian yang disambut bahagia dan
sukacita oleh manusia itu adalah pernikahan”, statement Mami agak menggantung. Kata-kata itu diperolehnya dari
seorang Ustadz di kajian sekitar rumahnya.
“Kenapa disambut sukacita, Mi? korelasinya dengan ujian
apaan?”, banyak pertanyaan tentang statement
itu.
“Kamu lihat di pernikahan-pernikahan? Dude-Alyssa yang
paling hits minggu ini sebagai contohnya. Mereka dan keluarganya bersukacita
atas pernikahan itu. Padahal pernikahan itu sendiri adalah bentuk ujian dari
Allah. Kalo kamu tau Ya’, bahtera rumah tangga itu macem-macem ujiannya. Dan
kamu sendiri paham, Allah akan menguji hambaNya samapi benar-benar lulus”, Mami
menjelaskan sambil sesekali melihat jam di tangannya.
“Lu besok juga bakal ngrasain, Ya’. Makanya jangan di
rumah melulu Lu”, Mas Bayu nyengir.
Semua bergegas ke ruangan, aku masih belum tertarik
beranjak dari tempat dudukku.
Bukankah jodoh itu
seperti cermin?
Bukankah jodoh itu
adalah sekufu?
Pasangan kita adalah
cerminan dari diri kita
Belahan jiwa kita
adalah pantulan dari pribadi kita
Bukankah itu telah
tertulis rapi sejak dulu?
Bahwa laki-laki yang
baik adalah untuk wanita yang baik
*Waktu makan siang selesai
Tidak ada komentar
Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Let's drop your comments ya. Insya Allah akan berkunjung balik :)