“Semoga gak ketinggalan di kereta”, batinku was-was
menaikkan paketan buku yang lumayan berat ke atas bagasi kereta KRL.
Aku telah
berprasangka bahwa buku itu akan ketinggalan di kereta.
Seperti biasanya, suasana KRL pada jam pulang kerja, penuh
sesak dengan para pekerja kantoran. Aku sengaja ikut KRL ke arah Jakarta Kota
supaya aku bisa mendapatkan tempat duduk sambil menyelesaikan jatah juz-ku.
Perjalanan tersendat, karena di beberapa titik stasiun,
kereta tertahan. Gambir, Cikini dan Manggarai menjadi langganan tertahannya
KRL. Gaduh, bisikan, bahkan emosi beberapa orang pun kadang-kadang tertantang.
Aku paham.
Kehilangan selalu
menyisakan ruang untuk belajar. IKHLAS
Korelasi prasangkaku tepat sekali. Tapi sayangnya, prasangkaku
buruk padaMu. Buku-buku paketan online
yang baru saja datang tadi pagi terbawa di kereta. Aku merasakan kehilangan.
Saat aku turun dari kereta, tap out di pintu keluar stasiun, aku langsung ke parkir mengambil
motorku. Belum sempat masuk area parkir, ada perasaan ganjil yang entah mengapa
sadar tentang sesuatu bahwa seharusnya aku menjinjing sesuatu. “Ah
bukukuuuuuuuuuuuuuuuuu”, aku berlari ke stasiun lagi.
“Pak, saya ketinggalan barang di kereta”, aku mengatur
nafasku.
“Silakan masuk Mbak”, security
mempersilakanku masuk tanpa tap in lagi.
Aku diajak ke ruang informasi, tempat petugas dimana aku
sangat terbantu memastikan posisi kereta ada dimana.
“Mas, saya ketinggalan barang di kereta”, aku menjelaskan.
“Di kereta mana, Mbak?”, Petugas itu bernama Rio. Aku memastikan dari tulisan yang
ada di bajunya.
“Mmm… yang barusan kea rah Bogor, Mas”, aku agak berpikir keras
untuk menjawabnya. Ingatanku terlalu buruk. Huks
“Barangnya berupa apa, Mbak?”
“Paketan buku, Mas”
“Maksudnya plastic atau tas warna apa gitu?”, petugas Rio mulai mencatat untuk
mengidentifikasi.
“Naik di gerong berapa Mbak?”
“Gerbong wanita, Mas. Paling belakang. Di lajur kiri”
“Oooh, plastic warna merah, isinya paketan buku yang
dibungkus warna coklat. Ada nama Nur Sulistiyaningsih”
“Tunggu sebentar ya, Mbak”, dia mulai menelepon petugas di
tiap-tiap stasiun menanyakan tentang kehilangan barang tadi.
“Maaaas, saya naik kereta Bogor yang dari Jakarta Kota ya”, aku
menambahkan informasi.
“Yah, katanya kereta barusan. Kalo yang itu udah 10 menit
yang lalu mungkin udah sampai Cilebut”, petugas memencet-mencet tuts telepon
sambil sesekali mengumumkan kedatangan dan keberangkatan kereta.
Prasangkaku untuk
kehilangan ini tepat sekali. Mengapa aku tidak berprasangka kalau aku akan
membacakan buku-buku itu untuk ponakanku saja? Bukankah sama-sama prasangka?
Aku ber-Aaah dalam hati
Pukul 20.30 aku masih menunggu, selesai sholat aku
memastikan kembali ke petugas Rio tentang progress
kehilanganku.
“Mbak, katanya kereta baru masuk stasiun Bogor. Mungkin 30 menitan baru dapat
kabar dari petugas sana. Atau kalau mau, Mbak tinggalkan
aja nomer telepon, nanti saya hubungi”, petugas Rio menjelaskan lagi.
“Boleh Mas”, sambil mengeja nomerku, dia mencatat dan
mencoba miss called.
“Oh iya, dengan Mbak siapa?”, dia tetap santun.
“Aya”, aku memasukkan handphone
ke dalam tas dan bersiap pulang.
“Oke, nanti kalo ada kabar dari petugas di stasiun Bogor, akan saya kabari”, dia
mengumumkan kedatangan KRL melalui microfone.
“Baik Mas Rio, terima kasih”, aku hendak permisi.
“Eh, bukannya saya tadi Mbak belum menanyakan nama saya?
Saya juga belum ngasih tau kayaknya”, dia agak heran.
Aku menunjuk nama yang menempel di bajunya. Bukan hanya
kali ini kulakukan, aku selalu menghargai lawan bicaraku melalui namanya.
Membaca inisial-inisial yang menunjukkan identitas seseorang tanpa harus
berkenalan terlebih dahulu.
Sepanjang yang kutau, ingatanku belum terlalu baik untuk
mengidentifikasi gerbong KRL. Aku hanya asal masuk gerbong mana saja yang bisa kumasuki.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan saat naik KRL, here we go
:
1. Pastikan kamu tau gerbong mana
yang kamu naiki
2. Trus di lajur mana kamu duduk
(kanan/kiri)
3. Catat juga kereta jurusan
mana-kemana-nomer berapa (ada banyak banget tiap beberapa menit, kereta dating)
4. Mendingan barang bawaan dipangku
kalau memungkinkan
5. Jangan berprasangka buruk
6. Jaga emosi, jangan memancing atau
terpancing emosi
Paketan buku itu masih rapi tertulis nama dan nomor
teleponku, kalaupun itu menjadi rejeki dan jodohku pasti akan kembali. Pun ketika
itu tidak kembali, aku berharap akan bermanfaat bagi yang menemukan.
Bye-bye : INFERNO, ALL YOU CAN EAT, GOOD FIGHT, ON, NEGERI
5 MENARA, SEBELAS PATRIOT, UDAH PUTUSIN AJA.
Allah itu berdasarkan prasangka hambanya, dan kali ini
prasangkaku adalah kehilangan tentang kesukaanku. BUKU.
weh, sejak kapan kamu tertarik Dan Brown? Inferno
BalasHapusIyaa, rekomendasi temenku, nyoba genre baru Nik :D
Hapus